Postingan

Cafe Kenangan dan Sudut Kota Tua

Gambar
Sesekali aku menengok arloji yang melingkar di tangan kiriku, sembari menyeruput isi dari secangkir teh yang ada di genggaman ku. Sudah hampir satu jam, aku menunggu di tempat ini, sebuah cafe lama yang menyimpan banyak kenangan tentang semua hal yang sudah aku lalui di sini. Seperti sore ini, aku tengah menanti wanita itu. Wanita yang lebih layak disebut sebagai penggemar tulisan-tulisanku, karena aku mengenalnya memang melalui media sosial. Entah kenapa, aku memutuskan untuk menyanggupi permintaannya , yang berupa p er temuan perdana ini. Tapi, wanita itu tak kunjung datang juga . Padahal, aku sudah menjelaskan padanya secara detail tentang cafe ini bahkan nomor meja ini pun sudah aku kabari padanya. Daripada jenuh menunggu , lebih baik aku memeriksa kembali isi dari novel terbaru yang hampir selesai aku garap alurnya. Dengan seksama, aku mem bacanya lalu melakukan pengeditan yang dianggap perlu. Pelayan cafe ini pun sudah lima kali menawariku untuk memesan makanan, tap

Maaf, Hatiku Tidak Prematur

Gambar
Terlahir dengan kondisi yang berbeda, itu sudah takdirNya. Mana sanggup aku elak keputusan Tuhan?. Terlahir sebagai perempuan prematur, itu bukan permintaan melainkan ketetapanNya. Kalian bertanya, sesulit apakah untuk tetap tegar? Aku bingung harus menjawab apa, sebab terkadang aku pun masih saja rapuh dan terus belajar untuk menjadi kuat. Ujian yang datangnya silih berganti, membuatku terkadang hampir putus asa. Itu manusiawi, karena manusia itu punya batas. Siapa yang mengira bahwa perempuan murah senyum sepertiku, dulunya adalah perempuan yang selalu berlinangan airmata? Siapa yang mengira, kalau perempuan yang kini mampu tampil dengan penuh rasa percaya diri, dulunya adalah seorang remaja yang paling minder dan tak jarang berlinang airmata bila hanya diminta untuk maju ke depan kelas. Dan, siapa yang mau mengira bahwa perempuan yang begitu terlihat ceria dalam hidupnya banyak menanggung luka, dibebani kecewa dan amarah. Perempuan it

Rindu Itu Rasa, Bukan Sekedar Kata-Kata

Gambar
Masih terekam dengan jelas, bagaimana perpisahan sementara ini kita mulai. Di beranda Fakultas Teknik Universitas Khairun kala itu, kita sama-sama sepakat untuk saling melepas genggam yang sudah erat, mengalihkan pandang yang sudah kian terpadu satu dan mengucapkan ikrar untuk selalu saling mendoakan apapun keadaannya. Aku menatap punggung tegapmu dengan mata yang sedikit terhiasi oleh nanarnya airmata. Jelas, hatiku tak kuasa menerima kenyataan bahwa kini sudah waktunya bagi kita saling mendewasa dan mempercayakan segalanya sekalipun jarak yang terang-terangan berkuasa. Dari sinilah semuanya bermula, aku merasakan apa itu Rindu.... Katanya, sekarang jarak bukanlah penghalang. Aku tidak sepakat dengan itu. Sekalipun, kini aku sudah lihai menggunakan handphone beserta media sosial yang ada dan kita sering bercakap lewat media itu. Tetap saja, untuk urusan Rindu, penawarnya memang hanya satu, yakni temu. Aku boleh saja menuliskan beragam kata perihal rindu di semua media sosial yang

Kepada Hatimu yang Kian Meneduhkan

Gambar
Aku sudah mendekati seperempat abad usia yang dianugerahkan oleh Sang Maha. Pada dekade kedua yang tak bisa lagi dikatakan sebagai remaja melainkan awal dewasa. Menata hati dan diri adalah tugas hidup yang kian aku lakukan tanpa mengenal ampun. Sebab, begitulah hidup memintaku untuk bertanggungjawab padanya. Perihal hati, Tuhan menyuguhkan begitu banyak kisah yang tak berhak aku abaikan, sebab semuanya punya hak untuk diabadikan tanpa mengenal kata kecuali.... Tapi nampaknya semesta sepertinya hanya ingin aku memahami tentang sebuah nama yang sudah dekat dan penuh setia menemaniku tanpa keluh. Entahlah, bagaimana semesta sampai begitu memoles hatinya dengan begitu manis, aku tak bisa mengerti itu. Tapi, harus diakui bahwa yang lain tak pernah mampu mendekati posisimu pada hatiku. Entah apapun itu, dirimu begitu istimewa. Apalagi dirimu sangatlah sederhana... Hatimu yang lapang, buatku tak kuasa untuk membiarkan luka itu terpampang di sana. Aku hanya mau dirimu bahagia, sama pers

Padamu, Yang Hatinya Tuhan Mudahkan Menujuku

Gambar
Untukmu yang tak sekedar menepati janji, tetapi juga memberikan bukti bahwa cinta yang paling baik adalah cinta yang berlabuh di ikrar suci pernikahan. Aku tak menyangka bila dirimu sanggup menyanggupi ini. Dengan ini, aku bisa menyakini hatiku bahwa kau adalah yang terbaik dari yang pernah ada. Aku tahu ini bukan perihal yang mudah sebab aku memahami dengan pasti bahwa banyak hati yang selalu layak untuk dirimu pilih. Aku menulis ini dengan sepenuh hati dan gemuruh dada yang tidak menentu. Terlalu bahagia, mungkin itulah kata yang pantas aku katakan, saat dirimu dengan tegas menjatuhkan pilihan itu padaku. Padamu, yang hatinya Tuhan mudahkan menujuku, aku ingin berterimakasih, Sebab, ini bukan pekerjaan yang mudah dan aku tahu banyak hal yang harus dirimu sepakati dengan hatimu sendiri. Aku memahami itu dengan begitu baik. Bagiku, apa yang telah dirimu lakukan adalah sebuah penghormatan hati yang akhirnya tidak layak terbagi pada siapapun. Aku tahu beginilah caramu mengistimew

Kepadamu, Hatiku Memilih Untuk Pulang

Gambar
Waktu kian bertandang tanpa peduli, hingga akhirnya aku kembali pada sekian kenangan yang telah lama aku hempaskan dari hidupku. Tak ingin lagi mengingat apapun, terutama segalanya tentangmu. Itu merepotkan bagiku. Aku berulang kali menghela nafas kala ingatanku terbawa melayang kesana-kemari tak menentu kala mataku dengan jelas membidik senyuman itu di bibir mungilmu. Barangkali, begitulah cinta harus menyerahkan dirinya sekali lagi setelah sekian lama menyombongkan diri untuk membela bhwa perih itu sudah tak lagi membekas. Namun nyatanya, perih itu masih ada, bahkan begitu jelas sama seperti sediakala. Entahlah, ini takdir yang terlalu lucu atau memang Tuhan sedang menguji perihal kekeras kepalaanku tentangmu. Menyatakan dengan lantang bahwa hati ini tak akan luluh pada semua retrorikanya yang begitu penuh bualan itu. Tapi, ternyata aku lupa bahwa ini adalah urusan rasa yang langung kepada hati. Bagaimana bisa aku menentang hatiku sendiri dengan alasan kompromi akan isi kepala

Tuhan, Izinkanlah Kami Untuk Menua Bersama

Gambar
Milyaran manusia sudah Tuhan ciptakan dan izinkan untuk tinggal di atas bumi-Nya ini. Termasuk kau dan aku. Aku masih ingat bagaimana Tuhan mengemas temu di antara kita, begitu sederhana namun dari sanalah segalanya bermula. Kita telah bersepakat tentang banyak hal yang mampu membuat kita untuk terus membaikkan diri. Mungkin inilah yang pada akhirnya membuatku menyakini bahwa kita memang layak untuk dipertemukan lantas kemudian dibersamakan... Kamu pasti tahu bahwa semua manusia diciptakan Tuhan dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Itulah mengapa aebuah ketulusan dan penerimaan yang baik, harus kita miliki bersama. Sebab, mana bisa kita bersama bila kita saling menuntut kesempurnaan. Kesempurnaan tetaplah milikNya, sementara kita cukup dengan saling mensupport dan saling membaikkan saja. Aku tidak punya banyak pinta atasmu, sebab semuanya pun berhak memintamu dariNya. Aku tak punya banyak kuasa untuk memilikimu, sebab aku tahu bahwa Tuhan adalah Pemilik Sejati atas dirimu.