Kepada Hatimu yang Kian Meneduhkan


Aku sudah mendekati seperempat abad usia yang dianugerahkan oleh Sang Maha. Pada dekade kedua yang tak bisa lagi dikatakan sebagai remaja melainkan awal dewasa. Menata hati dan diri adalah tugas hidup yang kian aku lakukan tanpa mengenal ampun. Sebab, begitulah hidup memintaku untuk bertanggungjawab padanya. Perihal hati, Tuhan menyuguhkan begitu banyak kisah yang tak berhak aku abaikan, sebab semuanya punya hak untuk diabadikan tanpa mengenal kata kecuali....

Tapi nampaknya semesta sepertinya hanya ingin aku memahami tentang sebuah nama yang sudah dekat dan penuh setia menemaniku tanpa keluh. Entahlah, bagaimana semesta sampai begitu memoles hatinya dengan begitu manis, aku tak bisa mengerti itu. Tapi, harus diakui bahwa yang lain tak pernah mampu mendekati posisimu pada hatiku. Entah apapun itu, dirimu begitu istimewa. Apalagi dirimu sangatlah sederhana...

Hatimu yang lapang, buatku tak kuasa untuk membiarkan luka itu terpampang di sana. Aku hanya mau dirimu bahagia, sama persis denganmu yang senantiasa selalu membahagiakan aku dengan caramu. Berulang kali, aku datang padamu dengan segenap perih dan airmata namun hatimu selalu mampu meneduhkan. Selalu mampu membalut lukaku dengan begitu manis. Kadang, aku bertanya apakah cinta itu begini rupanya? atau karema ikatan persahabatan yang terjalin cukup lama?. Aku tak bisa memahami itu dan tak pernah mau menanyakan itu padamu. Terimakasih atas hatimu yang selalu meneduhkanku tanpa mengenal syarat....

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tak Selamanya Desember Kelabu

Kepadamu, Hatiku Memilih Untuk Pulang

Rindu Itu Rasa, Bukan Sekedar Kata-Kata