Maaf, Hatiku Tidak Prematur




Terlahir dengan kondisi yang berbeda, itu sudah takdirNya. Mana sanggup aku elak keputusan Tuhan?. Terlahir sebagai perempuan prematur, itu bukan permintaan melainkan ketetapanNya. Kalian bertanya, sesulit apakah untuk tetap tegar? Aku bingung harus menjawab apa, sebab terkadang aku pun masih saja rapuh dan terus belajar untuk menjadi kuat. Ujian yang datangnya silih berganti, membuatku terkadang hampir putus asa. Itu manusiawi, karena manusia itu punya batas. Siapa yang mengira bahwa perempuan murah senyum sepertiku, dulunya adalah perempuan yang selalu berlinangan airmata? Siapa yang mengira, kalau perempuan yang kini mampu tampil dengan penuh rasa percaya diri, dulunya adalah seorang remaja yang paling minder dan tak jarang berlinang airmata bila hanya diminta untuk maju ke depan kelas. Dan, siapa yang mau mengira bahwa perempuan yang begitu terlihat ceria dalam hidupnya banyak menanggung luka, dibebani kecewa dan amarah. Perempuan itu adalah aku. Bukan dalam khayalan belaka.

Apapun kondisinya, hidup harus tetap dilanjurkan. Dikatai gila, cacat, manusia alien dan macam-macam lagi adalah hal yang awalnya menakutkan, tapi seiring waktu berjalan, semua itu bisa termaafkan. Sebab, aku menyakini satu hal, yakni ketika Sang Maha menakdirkan lahir dengan kondisi yang berbeda dan menyiapkan jalan hidup yang penuh dengan segala ujicoba, maka sesungguhnya Dia yakin bahwa memang hanya aku yang layak menjadi seorang Syafitri Zahra Togubu, bukan dirimu ataupun orang lain. Itulah kehidupan, ada fase dimana akhirnya kita akan memahami mengapa Tuhan melimpahkan takdir semacam ini pada kita.

Dan kini, perempan yang dulu selalu jadi bahan candaan dan penghinaan itu telah tumbuh dengan pijakannya sendiri yang tak tergoyahkan. Hidup sudah mengajarkannya perihal melapangkan hati, memaafkan keadaan, dan selalu menegarkan senyuman. Dia sudah bosan menjadi perempuan cengeng yang tak mampu berbuat apa-apa. Karena kini baginya hidup adalah ladang dimana ia harus terus dapat bermanfaat bagi sesamanya, hingga nanti Allah memanggilnya kembali.

Kepada kalian yang pernah menghinaku, berhentilah melakukan itu. Sebab, bila kalian meneruskan itu, akan bertambah banyak lagi yang terluka hatinya dan itu bisa saja membuat Sang Maha murka pada kalian. Kepada kalian yang pernah menangis untukku, lihatlah aku kini. Airmata kalian telah Allah ganti dengan senyuman, aku kini tak lagi mudah untuk menangis hanya karena soal mengapa Allah menakdirkan aku begini? Selalulah doakan aku, agar aku selalu istiqomah dalam tegar yang panjang. Dan untuk kalian yang pernah melecehkanku habis-habisan, kalian harus tahu satu hal, bahwa hatiku tidak prematur dan terimakasih sudah membentukku menjadi perempuan yang berprinsip dan tak bisa tergoyahkan lagi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tak Selamanya Desember Kelabu

Kepadamu, Hatiku Memilih Untuk Pulang

Rindu Itu Rasa, Bukan Sekedar Kata-Kata