Siapa Aku? Mengapa Aku? dan Bagaimana Aku?




SIAPA AKU?.....

Pertanyaan ini selalu menjuntai di kepala sejak aku masih berusia belia. Entahlah, di usia berapa tepatnya. Dan, jawabannya masih saja buram hingga kini. Aku dilahirkan dengan kondisi yang berbeda dari anak yang lainnya. Ah, itu bukan kesalahan Tuhan. Tapi, itu anugerah. Mengapa anugerah? Sebab, dengan berbeda aku lebih mudah dikenal meskipun tak jarang pula dicibir. Aku hanyalah seorang perempuan, seorang anak, seorang kakak, seorang adik, seorang guru, seorang murid, seorang sahabat, seorang musuh, seorang yang biasa disebut manusia. Aku bisa tertawa, bisa menangis, bisa marah, bisa membenci, bisa mencintai, bisa menyayangi, bisa iri, bisa murah hati, bisa malas, bisa rajin, bisa bodoh, bisa cerdas, bisa lupa, bisa ingat, bisa teriak bisa diam, bisa datang, bisa pergi, bisa membaca, bisa menulis, bisa berbohong, bisa jujur, bisa bergerak, bisa berjalan, bisa cuek, bisa perhatian, bisa peduli, bisa acuh, bisa memaafkan, bisa juga mendendam, intinya aku adalah si serba bisa. Sebab, sekali lagi aku manusia. Manusia yang masih saja sibuk bertanya pada dirinya tentang siapa aku?...

MENGAPA AKU?.....

Pertanyaan ini begitu menyesakkan aku ketika ia hadir dalam kepala. Entah, asalnya darimana, aku pun kurang paham. Dasar gila. Perlukah ini dijawab?  Aku merasa sangat-sangat perlu. Biarkan saja orang lain mengatakan konyol dan kurang kerjaan, aku bisa tidak peduli dengan orang lain itu. Pertanyaan ini mengacu pada aku bukan mereka. Jadi tak usah sibuk-sibuk mengatai atau menghujat. Mana ada orang gila yang peduli kalau ia dibilang gila? Jawabannya stidak ada. Sudahlah, biarkan aku bertanya mengapa aku? Dan, aku pastikan itu tak akan membuat kalian rugi. Aku dan mengapa aku adalah satu kesatuan yang sulit untuk dipisahkan. Sebab, kami adalah saudara kandung yang bersifat mirip. Aku adalah si gila dan mengapa  aku adalah wujud dari kegilaan itu sendiri. Intinya mengapa aku itu jawabannyya simpel saja, yaitu karena aku gila. Selesai. Suka tidak suka itu urusan kalian, bukan urusanku. Bersepakatlah dengan itu.

BAGAIMANA AKU?.....

Dasar konyol, pertanyaan ini begitu susah ditemukan jawabannya tapi masih saja ditanyakan. Sepanjang kehidupanku, entahlah sudah berapa kali aku berdiri di hadapan cermin, bukan karena merasa cantik. Sebab, merasa paling cantik adalah naluriah seorang perempuan, jadi tak usah ditanya lagi apakah aku cantik?. Alasan aku bercermin adalah karena dengan melakukan itu aku tahu bagaimana Tuhan bekerja dengan begitu apik saat Dia menciptakann manusia semacam aku. Tuhan memang Maha Apik dan mengesankan. Love you so much for you, Tuhan. Lantas, bagaimana aku? jawabannya adalah aku tak bisa dikatakAn sama dengan yang lain tetapi juga tak bisa dikatakan berbeda dengan yang lain. Mungkin aku bisa jadi sama tapi aku juga berbeda. Sama sebagai manusia, tapi berbeda sebagai aku yang memang berbeda dan rada sedikit gila.

Dalam kehidupan ini, selagi masih bisa bernafas, maka lakukanlah apa yang kau perhitungkan itu baik. Ingat, bukan hanya untukmu tapi juga untuk sekitarmu sekalipun sekitarmu tak pernah memperhitungkanmu dalam hidupnya. Beranilah untuk berbeda sekalipun sama. Dan beranilah untuk menjadi sama sekalipun kau tahu kau itu berbeda.

Terimaksih Allah (begitulah caraku menyebut Tuhanku), atas kesempatan dan kemampuan yang telah Engkau berikan hingga aku sanggup untuk menyelesaikan tulisan ini. Dan, terimakasih pada kalian yang sudah berkenan membaca tulisan ini...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tak Selamanya Desember Kelabu

Kepadamu, Hatiku Memilih Untuk Pulang

Rindu Itu Rasa, Bukan Sekedar Kata-Kata