BERANILAH UNTUK MENULIS

   




Tulisan ini saya buat dengan tujuan untuk berbagi pengalaman, Sebauh pengalaman yang berawal dari pilihan hidup yang hingga kini saya rasa pantas untuk saya jadikan sebagai pilihan. Yah, pengalaman itu adalah pengalaman dalam hal menulis. Sebelum pengalaman ini saya uraikan. Saya ingin memberikan pemahaman bahwa menulis itu bukanlah sebuah pekerjaan. Menulis adalah sebuah panggilan jiwa. Keinginan untuk menulis haruslah benar-benar dari hati, bukan karena ingin populer, ingin disebut penulis, bukan untuk dibilang cerdas atau alasan-alasan yang bukan berasal dari hati. Menulis adalah untuk berbagi, menulis adalah melegakan isi hati, menulis adalah meringankan beban jiwa, menulis adalah sarana untuk menyampaikan apa yang tak bisa diucapkan oleh lisan.

Kata siapa menulis itu harus berbakat? Saya tidak terlalu sepakat dengan itu. Bakat adalah faktor alamiah dan tidak semua orang mendapatkannya. Itulah mengapa bakat tak selamanya menunjang kemampuan menulis dari diri seseorang. Sebelum memulai untuk menulis bangunlah keyakinan dalam hati bahwa diri kita mampu untuk menulis, bukan memikirkan ide atau segala hal-hal yang belum semestinya dipikirkan dalam aktivitas menulis ini. Yakinlah dulu, bahwa diri kita sanggup untuk menulis, diri kita sanggup untuk menyelesaikan tulisan itu dengan baik. Diri kita yakin bahwa menulis itu adalah hal yang menyenangkan bukan beban yang menyengsarakan. Pengalaman saya dalam menulis sudah membutkikan tentang hal ini. Bahwa bukan bakat yang dibutuhkan seseorang untuk menulis melainkan keyakinan yang tinggi dan benar akan menulislah yang menjadikan seseorang mampu untuk menulis.

Menulislah, meskipun tak ada yang membacanya. Ini kutipan "semangat" yang disampaikan oleh Pramoedya Ananta Toer (Opa Pram). Setelah saya memiliki keyakinan untuk menulis, maka saya pun mengubah sudut pandang dalam menulis, saya memahami secara mendalam apa maksud dari kalimat "semanagat" yang Opa Pram sampaikan kepada khalayak umum tersebut. Saya harus menulis tanpa peduli tulisan itu akan dibaca atau tidak. Awalnya saya sedih karena tulisan-tulisan saya tidak ada yang membaca. Tapi, setelah menyepakati apa yang dsampaikan oleh Opa Pram itu, saya menjadi semangat untuk terus menulis. Kini saya memiliki prinsip bahwa teruslah menulis tanpa membebankan diri dengan apakah tulisan itu akan dibaca atau tidak, sebab itu akan menghambat proses menulis yang sedang saya lakukan. Urussan membaca itu adalah hak setiap pembaca jadi itu tak berhak untuk dipaksa oleh siapapun. Saya menulis untuk saya sendiri bukan untuk siapapun karena menulis itu adalah panggilan jiwa.

Untuk itu menulislah, mulai dari yang kecil dan sederhana saja, seperti menulis buku diary misalnya. Saya melakukan itu sebelum akhirnya saya bersepakat untuk menulis berbagai macam bentuk tulisan, sebab bagi saya diary adalah kebutuhan yang tidak bisa dihilangkan dari kehidupan saya. Mulailah menulis untuk diri sendiri, karena dari sana kalian akan menemukan nilai-nilai berharga dalam menulis. Ingat, beranilah untuk melakukan hal-hal baik dan menulis adalah salah satu dari kebaikan yang memerlukan keberanian. Sekali lagi, saya menulis ini berdasarkan pengalaman pribadi bukan dari khalayan atau imajinasi.

BERANIKANLAH DIRIMU MENULIS UNTUK KEBAIKAN. SEBAB, SEJATINYA MANUSIA ADALAH MAKHLUK YANG BEGITU MULIA DAN PENUH DENGAN KEBAIKAN.

Sekian dan Terimakasih..
Salam Aksara.....


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tak Selamanya Desember Kelabu

Kepadamu, Hatiku Memilih Untuk Pulang

Rindu Itu Rasa, Bukan Sekedar Kata-Kata